Pantai barat Pulau Jawa memiliki pesona tersendiri untuk menikmati suasana laut dan wisata pantai. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, menjadi salah satu tujuan liburan favorit bagi warga ibukota dan sekitarnya. Di kawasan pantai seperti Anyer, Carita, hingga Labuan dan Tanjung Lesung sudah berdiri ratusan vila atau resor yang berharga sewa ratusan ribu hingga jutaan rupiah per malam.
Sayangnya akses jalan menuju kawasan ini terkendala jalan rusak karena kondisi aspal yang buruk, yang turut diperparah oleh curah hujan yang tinggi. Apalagi untuk menuju Anyer dan Carita, harus melalui daerah industri Cilegon yang jalannya dibebani oleh lalu lalang truk berbobot sekian ton.
Daerah Labuan menjadi alternatif terbaik selain kawasan Anyer. Beberapa hari lalu saat long weekend, perjalanan ke Labuan bisa ditempuh dalam waktu 3 jam dari Jakarta. Perjalanan menjadi tidak terlalu melelahkan. Kami sekeluarga masuk Tol Dalam Kota di Cililitan sekitar pukul 2 siang, dan sekitar pukul 5 sore sudah tiba di pertigaan menuju Jalan Raya Panimbang – Labuan.
Rute perjalanan adalah melalui Tol Dalam Kota, Tol Jakarta Merak dan keluar di Exit Tol Serang Timur. Kemudian melalui kota Serang, Pandeglang dan Panimbang. Dari kota Serang memang jalannya tidak terlalu mulus juga, ada beberapa titik jalan yang hancur dan memaksa pengendara berjalan zigzag menghindari kubangan. Tapi ini relatif jauh lebih baik dibanding perjalanan ke Anyer melalui Exit Tol Cilegon. -Toh, tiap hari saya sudah berlatih berkendara di jalanan rusak, yang banyak ditemui di Bekasi… Hehehe 🙂
Di Labuan sendiri, karena memang merupakan daerah di tepi laut, banyak area pantai yang bisa dikunjungi. Beberapa bisa dikunjungi dengan bebas, beberapa masuk dengan membayar karcis masuk, dan ada pula yang menjadi private beach karena jadi satu dengan kawasan suatu resor.
Salah satu resor yang sering jadi tujuan para pelancong adalah Kharisma Beach & Resort. Hotel ini berada sekitar 3 km dari pertigaan Jalan Raya Panimbang – Labuan, sejajar dengan PLTU Labuan.
Terletak di tepi Pantai Bama Labuan, hotel ini berdiri di atas lahan 12 hektar. Dengan areal seluas ini, hotel ini bisa menyediakan hingga 64 kamar hotel, dan puluhan cottage di pinggir pantai. Tapi karena hotel ini berdiri sejak tahun 1993, interior dan eksterior bangunan sudah tidak cemerlang lagi. Kondisi eternit, kamar mandi bahkan sprei tempat tidur sudah kusam dan kotor. Jika tidak ada acara gathering dari perusahaan, suasana yang sepi (+spooky) nampak terasa di dalam areal hotel. Ini menunjukkan tingkat okupansi hotel tidak terlalu tinggi, karena memang jumlah kamar yang disediakan bisa dikatakan terlalu banyak untuk daerah pariwisata yang masih berkembang seperti di Labuan ini.
Tapi sejauh ini, hotel ini masih menjadi yang terbaik di kawasan Labuan. Fasilitas yang disediakan cukup komplet, dari swimming pool, meeting room, lapangan tenis dan futsal, basket 3 on 3, biliar, hingga mini golf 3 hole. Ada juga dermaga untuk pemancingan di tepi laut dan areal untuk outbound dan paintball.
Pantai Bama sebagai private beach di hotel ini merupakan pantai berpasir putih yang teduh. Dari pantai ini, menengok ke kanan akan tampak bangunan PLTU Labuan yang berdiri kokoh di tepi laut. Hamparan pohon kelapa dan pohon pinus yang berjajar di pinggir pantai membuat hawa di sini teduh dan adem, tidak panas seperti pantai umumnya. Sayangnya, waktu kami berkunjung, pantai ini tampak kotor karena sampah dari laut yang menumpuk di bibir pantai. Petugas kebersihan sibuk memungut dan mengumpulkan sampah-sampah yang sebagian berasal dari aliran sungai hingga terdampar di pantai ini.
Baca berikutnya :
:: Tanjung Lesung yang sedang bersolek
:: Pesta sate seafood di RM Bu Entin Labuan
[…] Sebelumnya di : http://dewantorobimo.wordpress.com/2012/04/16/keteduhan-pantai-di-labuan-pandeglang/ […]
[…] sebelumnya : :: Keteduhan Pantai Bama di Labuan Pandeglang :: Tanjung Lesung yang […]