Pulau Sepa tergolong sebagai salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang masih alami dan sepi. Hal ini didukung karena letaknya yang cukup jauh dibandingkan pulau-pulau di Kepulauan Seribu yang lain, sehingga pantainya masih bersih dan jadi favorit untuk aktivitas snorkeling. Pokoknya nggak kalah deh dengan ‘The Beach’-nya Leonardo DiCaprio 🙂
Perjalanan ini menggunakan jasa agen tour Liguna Wisata. Harga yang ditawarkan saat itu adalah Rp 818.000,- per orang di Cottage Hiu untuk 2 hari 1 malam. Setelah tawar-menawar via telepon, akhirnya disepakati di harga Rp 730.000,-. Harga ini sudah bersih termasuk untuk transportasi dari Jakarta ke Pulau Sepa, sewa cottage, makan pagi, siang dan malam selama di pulau.
Keberangkatan boat sekitar pukul 08.00 WIB dari Marina Ancol, Dermaga 19. Di dermaga inilah berkumpul kapal-kapal yang membawa para turis dari Jakarta ke pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Dan untuk pengaturannya berdasarkan nomor dermaganya, seperti boat yang ke Pulau Sepa di Dermaga 19 ini.
Untuk berangkat ke Pulau Sepa, disediakan 2 boat dengan kapasitas masing-masing 50 orang. Kebanyakan pengunjung Sepa adalah orang asing, dari yang berkulit putih, dari Asia Timur, sampai India. Saya duga, kenapa pulau ini jadi favorit mereka, adalah sekali lagi karena pulau ini masih alami dan sepi dari pengunjung. Berbeda dengan Pulau Matahari atau Bidadari, yang walaupun full facility, tapi hiruk pikuk oleh pengunjung. Berangkat liburan bersama sekumpulan orang asing ini, saya jadi merasa sayalah orang asing itu di sini, lha orang lokalnya bisa dihitung dengan jari…
Saya menggunakan kapal Sepa Paradise 4, yang menempuh waktu selama 110 menit, lebih lama dari yang dijadwalkan yaitu selama 90 menit. Selama dalam perjalanan kapal sempat berhenti di Pulau Ayer untuk jemput penumpang, dan bahkan sempat mati mesin di tengah laut sampai 2 kali. Mati di tengah laut?!? Yup… di tengah-tengah laut lepas, kapal hanya bisa terombang-ambing ombak. Untung tak beberapa lama, mesin kapal sudah bisa dihidupkan, kalau tidak sudah terbayang pelampung dan sekoci penyelamatan. Brrrr…
Tiba di Dermaga Sepa disambut dengan welcome drink segelas air jeruk yang menyegarkan di tengah teriknya matahari. Cottage Hiu yang saya tempati letaknya tidak jauh dari resepsionis dan di samping Dive Shop. Fasilitas di dalam cottage adalah AC, TV 14″, satu ranjang ukuran queen di dalam dan 2 ranjang ukuran single di dekat pintu depan. Di tengah terdapat kamar mandi yang cukup luas dengan shower, toilet duduk dan wastafel. Kondisi kamar cukup bersih, dan tidak mengecewakan untuk ukuran fasilitas penginapan yang jauh dari perkotaan seperti ini. Cottage Hiu cuma ada satu di pulau ini. Bentuk bangunannya pun satu-satunya yang menggunakan tembok bata bercat putih. Cottage yang lain berdinding anyaman bambu dan rata-rata berbentuk rumah panggung.
Pulau Sepa ini terbagi dalam 2 area : area komersial yang sudah tertata dan area yang masih alami, dan di antaranya dipisahkan oleh pagar bambu. Di bibir pantai terdapat berjajar pohon nyiur di antara cottage-cottage yang ada. Teriknya matahari jadi tidak terasa saat kita berada di sini karena terlindungi oleh pepohonan yang rimbun. Memandang lepas dari sini yang terlihat hanya lautan luas dengan beberapa pulau nampak di kejauhan. Sangat menenangkan untuk menghindar dari hiruk pikuk kota Jakarta. Rasanya tidak percaya keindahan suasana seprti ini bisa direguk tidak sampai 2 jam dari Jakarta…
Di salah satu sudut pulau saya bertemu dengan Pak Bodong, nama aslinya Pak Agus, salah satu dari 4 pemilik tradisional boat yang dapat disewa oleh pengunjung. Tradisional boat yang saya maksud di sini adalah perahu kecil bermesin dengan jumlah penumpang maksimal sekitar 7 orang. Setelah obrolan beberapa lama, disepakati untuk menyewa perahunya menuju Pulau Atol, tidak jauh dari Sepa, sekitar jam 2 siang untuk aktivitas snorkeling. Proses penyewaan melalui pengelola di Boat Rental dengan harga Rp 120.000,- per jam. Yang menurut cerita Pak Bodong, pembagiannya 60% – 40% untuk pemilik kapal dan pengelola pulau.
Pukul 12.00 makan siang sudah tersedia di restoran ala prasmanan di area depan pulau. Menunya : nasi, ayam goreng, sayur capcay, cumi goreng dan sup ayam, ditambah dengan kopi, teh, dan buah-buahan. Menu yang standar, tapi berhubung sedang terbuai oleh keindahan Pulau Sepa, makan di sini jadi terasa jauh nikmat dibandingkan di restoran mahal di kota 🙂
Di restoran selain disediakan makan siang 2 kali, yaitu siang ini dan besok, juga disediakan coffe break pada sore hari, makan malam, dan makan pagi. Pada malam hari juga disuguhkan live music dari penyanyi dan organ tunggal.
Mendekati jam 2 siang untuk perjalanan ke Pulau Atol, saya mempersiapkan perangkat snorkeling yang disewa di Dive Shop seharga Rp 150.000,- untuk 2 set perangkat sampai jam 10 esok hari. Sedangkan pelampung dapat dipinjam di Boat Rental tanpa biaya.
Perjalanan ke Pulau Atol memakan waktu hanya 10 menit. Pulau ini ternyata adalah sebentuk pulau kecil yang sudah tenggelam. Dan uniknya kita dapat berdiri di atasnya dengan ketinggian air sedada, sehingga dari kejauhan seakan-akan kita sedang berendam di tengah-tengah laut yang dalam. Aktivitas snorkeling dilakukan di sekitar area ini. Dan kita dapat menyaksikan keindahan terumbu karang, ikan-ikan kecil berwarna-warni yang berenang dengan lincahnya dan tanaman laut lain menjadi satu rangkaian pesona laut yang indah luar biasa.
Kemudian aktivitas dilanjutkan perjalanan menuju Pulau Pasir di belakang Sepa. Kalau pulau ini sebenarnya hanya merupakan gunungan pasir putih yang kalau air pasang datang, dia akan tenggelam. Setelah puas melangkahkan kaki berjalan-jalan di Pulau Pasir yang tidak seberapa luas, aktivitas snorkeling kembali dilakukan di sekitar pulau.Dan nampaklah keindahan bawah laut di sekeliling pulau ini yang lebih indah dibandingkan Pulau Atol tadi. Laut di sini lebih dalam dengan diselangi gugusan karang berwarna, dengan lebih banyak ikan kecil yang berenang. Waktu 1 jam dihabiskan untuk berkeliling di sekitar pulau, mengagumi keindahan bawah laut dalam keheningan dalam air yang sunyi. Yang terdengar hanyalah bunyi gemericik air di kepakan kaki dan hembusan napas saya sendiri.
Benar-benar kecantikan bawah laut yang mempesona. Sekali lagi, saya masih tidak percaya kalau ini ada di sekitar Jakarta!
Mendarat kembali di Sepa di sore hari, banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan di pulau ini, selain snorkeling di pinggir pantai, juga bisa menyewa kano untuk berkeliling pulau. Kano ini berbentuk double kano berisi 2 orang, dan biayanya Rp 40.000,- per jam. Di pulau ini juga dijual Bandeng Cabut Duri, yang katanya diambil dari Pulau Pramuka. Untuk 1 ekor bandeng, seberat 0.368 kg, dihargai Rp 20.000,-. Si bandeng dijual dalam keadaan beku, dan diharapkan pas kembali ke Jakarta bandeng masih dalam keadaan segar.
Setelah menjalani aktivitas 2 hari di Sepa, tiba saatnya untuk kembali ke Jakarta. Jadwal kembali ke Jakarta adalah jam 14.00 keesokan harinya. Siang ini boat yang digunakan adalah Sepa Paradise 2.
Pukul 14.10 WIB, boat mulai meluncur, dan pukul 15.45, boat sudah mendarat di Dermaga 19 dengan membawa begitu banyak kenangan manis tentang Pulau Sepa…