Lebaran tahun ini saya dan keluarga melewatkan dua hari untuk bersilaturahmi dan wisata di Kendal, khususnya di daerah Cepiring, Kendal. Suasananya masih murni pedesaan dengan hamparan sawah di kanan kiri. Saat ini juga sedang panen tembakau, jadi di pinggir jalan -yang sekarang sudah beraspal mulus- banyak ditemui daun-daun tembakau yang sedang dijemur.
Kendal sendiri terletak di lintasan jalur utama Pantura dan hanya sekitar satu jam dari Semarang. Akses menuju Kendal dan Desa Cepiring harus melewati jalan raya Pantura yang lebar dan ganas oleh gerungan kendaraan pribadi maupun kendaraan berat yang melintas. Cepiring, meskipun wilayahnya kecil tapi cukup terkenal karena memiliki Pabrik Gula (PG) Cepiring yang sudah beroperasi sejak jaman penjajahan Belanda. Pabriknya yang tua dan sayangnya sudah di ambang kebangkrutan, bisa dilihat di pinggir jalan Pantura. Kondisi dan suasana pabriknya sendiri mirip PG Tasikmadu di Karanganyar dan PG Colomadu di barat kota Solo.
Bercerita tentang wisata di Kendal, sebagai salah satu kota yang terletak di pantai utara Jawa, ia juga memiliki objek wisata pantai yang cukup digemari warga sekitar. Tempat wisata di Kendal salah satunya adalah Pantai Sikucing dan Pantai Cahaya yang keduanya terletak di Desa Sendang Sikucing. Sekitar 30 menit perjalanan dari Desa Cepiring melalui areal persawahan, atau melalui jalan raya Pantura jika dari Kendal melewati daerah Weleri.
Di Pantai Sikucing, kondisinya lebih ramai oleh warung-warung yang berjajar di pinggir pantai. Lingkungan pantainya, hmmm, jangan berharap terlalu banyak. Cukup kumuh dan kotor. Aktivitas menarik yang bisa dilakukan hanya naik kapal bermotor yang disewakan untuk berkeliling pantai dan membeli ikan segar hasil tangkapan nelayan di tempat pelelangan ikan yang ada di lokasi pantai. Tapi nelayan baru pulang dari melaut pada sekitar jam 1 siang, jadi pagi itu saat kami sekeluarga ke sana tidak banyak ikan segar yang bisa ditemui.
Kami hanya bisa membeli cumi seharga 25 ribu per kg, dan ikan teri nasi 20 ribu per kg. Cukup murah jika dibandingkan membeli di pasar di kota…
Sedangkan kondisi Pantai Cahaya, nampak jauh lebih baik. Pantai ini dikelola oleh investor, dan dikembangkan menjadi satu tujuan wisata bernama ‘The Sea Pantai Cahaya‘. Lokasi tempat wisata di Kendal ini berada di tengah pemukiman warga, jadi akses menuju ke sana betul-betul harus melewati jalan pedesaan yang sesak oleh rumah warga. Tapi saya salut untuk investor tempat ini yang berani membangun lokasi wisata di tempat seperti ini. Hasilnya juga tidak mengecewakan karena dengan tiket masuk 5000 rupiah, pengunjung tempat wisata ini terbukti tidak sedikit.
Di dalam areal wisata, pertunjukan lumba-lumba menjadi andalan. Dengan tiket masuk 20 ribu per orang, pengunjung bisa menyaksikan atraksi lumba-lumba, burung kakaktua dan hewan lain yang menarik di sini. Meskipun kondisi gedungnya tidak besar, tapi tidak kalah dengan Ancol, deh…
Sekali-sekali boleh dicoba berwisata di tempat-tempat seperti ini 🙂